Aksesories Laptop n Komputer

Prabu Angling Dharma; Seorang Raja Besar yang Diragukan Eksistensinya

Table of Contents
prabu anglingdharma, anglingdarma, angling darma, sejarah angling dharma

Ilustrasi Prabu Angling Dharma, oleh Big Fire Studios

MALWAPATI - MALUWAPATI - MALAWAPATI

Malwapati adalah sebuah kerajaan yang didirikan oleh Prabu Angling Dharma, seorang Raja Bijak yang Sakti Mandraguna dan terkenal di kalangan masyarakat Jawa. Dikisahkan, bahwa Angling Dharma adalah cucu Prabu Jayabaya dari Kerajaan Kadiri.
Yang unik adalah, banyak sumber mengatakan, bahwa Prabu Jayabaya merupakan keturunan Arjuna, tokoh pewayangan yang disadur dari kitab Mahabharata.

Dalam kisah yang masyhur diceritakan, Arjuna dari Istrinya yang bernama Dewi Subrada (Sembadra) mempunyai Putra bernama Abimanyu. Abimanyu menikahi Dewi Utari dan memiliki anak Bernama Parikesit. Parikesit masih di kandungan saat ayahnya meninggal dalam perang Baratayudha.

Kembali ke Dewi Subrada, atau yang dalam pewayangan Jawa dikenal dengan Dewi Sembadra. Ia adalah adik dari dua tokoh besar, yaitu Prabu Baladewa dan Prabu Kresna. Jadi, Abimayu adalah keponakan dari Kresna.
Itu lho yang ada di film-film dan banyak fotonya terpampang di kaos anak kita ☺

Parikesit lahir dalam keadaan yatim. Ia tumbuh menjadi pemuda yang luar biasa dan pada usia muda ia dinobatkan menjadi Raja Hastinapura menggantikan Prabu Yudhistira (Kakak dari Kakeknya, Arjuna). Ia menikahi Putri Madrawati dan mempunyai 4 orang putra, yaitu: Janamejaya, Bimasena, Ugrasena dan Srutasena.


     
wayang jawa, wayang arjuna, wayang abimanyu, wayang parikesit

                

PRABU JAYABAYA KETURUNAN ARJUNA?

Dari sini, mulai timbul perbedaan antara Kisah Mahabharata dan Kisah Pewayangan Jawa.
Dalam literasi jawa, Parikesit menikahi 4 orang Permaisuri dan mempunyai 8 putra, salah satunya adalah Yudhayana. Yudhayana inilah yang kemudian disebut-sebut sebagai kakek dari Prabu Jayabaya.

Yudhayana mempunyai putra bernama Gendrayana dan Gendrayana mempunyai Putra bernama Jayabaya.

Jika kita menarik silsilah dari kisah yang populer tersebut, maka garis leluhur Prabu Jayabaya adalah putra Gendrayana putra Yudhayana putra Parikesit putra Abimanyu putra Arjuna.

Prabu Jayabaya menikahi Dewi Sara dan mempunyai 4 orang anak, yaitu: Jayaamijaya, Dewi Pramesti, Dewi Pramuni, dan Dewi Sasanti. Jayamijaya dipercaya menurunkan para Raja tanah Jawa, hingga majapahit dan Mataram Islam.

Sedangkan Dewi Pramesti, menikah dengan Astradarma, Raja Kerajaan Yawastina, dan melahirkan Prabu Angling Dharma, Raja kerajaan MaluwaPati. Jadi, dari keterangan ini, maka Prabu Angling Dharma adalah Cucu dari Prabu Jayabaya.

Dari sekian kisah diatas, semuanya termaktub dalam referensi tertulis, yaitu pada Kitab Mahabharata. Namun tentang Prabu Jayabaya dan Prabu Angling Dharma, sebenarnya, belum ditemukan referensi pasti, apalagi ketika menyebut bahwa Angling Dharma adalah cucu dari Jayabaya.

Kebanyakan, kisah itu adalah tuturtinular, cerita dari mulut ke mulut yang telah ada sejak Zaman Majapahit. Menurut beberapa tokoh, Kisah Angling Dharma sendiri berawal dari cerita lisan, lalu menjadi semakin terkenal setelah kisahnya diangkat dalam sebuah sinetron panjang pada awal tahun 2001.

Sobat yang kelahiran tahun 90-an pasti nonton dong, masak kagak?! 
Itu lho, yang malam-malam abis Isyak di Stasiun TV Swasta yang ada ikan terbangnya
☺☺☺

GOA NAGARAJA

Terlepas dari perbedaan pendapat tentang Prabu Angling Dharma, namun masyarakat Jawa, percaya bahwa Angling Dharma adalah tokoh nyata. Petilasan beliau di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, merupakan salah satu hal yang mendukung pendapat ini.

Petilasan beliau terletak di Dukuh Mlawat, Desa Baleadi. Kemiripan antara kata Mlawat (Malawat) dan Maluwapati (Malawapati) diyakini oleh Masyarakat sekitar, bahwa Prabu Angling Dharma adalah tokoh nyata yang pernah menetap di sana. 

Petilasan anglingdharma, angling dharma, prabu angling dharma, sejarah prabu angling dharma, fakta tentang prabu angling dharma

Komplek Petilasan Prabu Angling Dharma
di Dusun Mlawat, Desa Baleadi, Kec. Sukolilo, Kab. Pati

Di sekitar petilasan tersebut juga terdapat Petilasan yang disebut sebagai Makam Batik Madrim, Kakak Ipar Prabu Angling Dharma (dari Istri pertamanya, Dewi Setyawati) sekaligus menjadi Patih Maluwapati. Makam tersebut terletak di sebelah Barat Masjid Al-Mukhlisin, Desa Kedungwinong, masih di kecamatan yang sama.

petilasan patih batik madrim sukolilo pati, situs petilasan batik madrim

Petilasan Patih Batik Madrim
(Komplek Masjid al-Mukhlisin Kedung Winong, Kec. Sukolilo, Kab. Pati)


Tak Jauh dari petilasan Prabu Angling Dharma, jika kita ke arah selatan, terdapat sebuah Gua yang disebut Sebagai Gua Eyang Pikulun Nogorojo.

Goa Nagaraja, nogorojo, sumur jolotundo, sukolilo pati

Gua Nagaraja

Nogorojo sendiri dipercaya sebagai sosok Naga yang menjadi Guru dari Prabu Angling Dharma. Ia mewariskan Ilmu Aji Gineng kepada Prabu Angling Dharma dan membuat Sang Prabu, mampu memahami bahasa binatang.

Gua ini berada di lereng Pegunungan Kendheng. Ramai dikunjungi peziarah dari luar kota pada hari - hari tertentu. Kebanyakan, para peziarah melakukan ritual sebagaimana ritual Prabu Angling Dharma, yaitu bertapa di dalam Gua. 

Konon, sang Naga, masih ada di sana. Tak Percaya?
Jika sobat santri punya kemampuan untuk melihat makhluk Ghaib, silakan dicoba untuk masuk ke Gua-nya ya. Lalu bolehlah tulis di Komentar tentang sosok sang Naga yang sobat liat di dalamnya. 😆

Menurut salah satu sahabat saya, yang kebetulan mempunyai kemampuan ini, Naga tersebut tampak besar memenuhi Gua dan matanya merah menyala. Saya sendiri belum pernah mencoba untuk masuk ke dalam. 
Bukan Takut, hanya Tidak Berani SAJA !!
😅😅😅


Menurut penuturan sahabat, ketika ia masuk ke dalam, sendirian tentunya, ia mengatakan bahwa Ketinggian gua-nya berubah dinamis. Saat dia duduk, ketinggian langit-langit gua hanya sejengkal dari kepalanya. Namun, begitu ia bangkit dan berdiri, ketinggiannya pun tetap satu jengkal dari kepalanya.

Yah, Sobat Santri, tak harus percaya lho, tapi tak ada salahnya kalau mau mencoba. Kali aja bisa jadi bahan cerita untuk Blog Santrimedia
😆


Balik lagi yuk ke Prabu Angling Dharma.
Dalam menjalani pengasingan diri, beliau bertemu dan menikah dengan Dewi Ambarawati, Putri dari Raja Dharmawangsa dari Kerajaan Bojanagara (sekarang wialayah Bojonegoro). Dari pernikahan keduanya ini, lahirlah Raden Angling Kusuma
Setelah Angling Kusumo besar dia menjadi Raja Bojanagara, menggantikan Kakeknya.

Jika Sobat Santri jalan-jalan ke Bojonegoro, coba mampir ke Desa Wotanngare. Disitu ditemukan peninggalan - peninggalan kuno, dan dikenal dengan Situs Mlawatan. Menurut kepercayaan sekitar, bangunan itu adalah peninggalan Prabu Angling Dharma.

Jadi, saya sarankan, terlepas dari seberapa Ilmiah Sobat semua, kalau ke Bojonegoro, jangan dengan lantang mengatakan bahwa Angling Dharma hanya fiktif belaka.

Bisa jadi, sobat akan dikeroyok oleh Laskar Angling Dharma, sebutan
Team Sepakbola Persibo 😅

ANGLING DHARMA, FIKTIF ATAU NYATA?

Oke, kembali serius lagi.
Dalam beberapa relief di Candi Jago, terdapat beberapa relief, dimana kisahnya mirip seperti Kisah Prabu Angling Dharma. Candi Jago terletak di Dukuh Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Candi ini bercorak Budha dan dibangun oleh Raja Kertanagara dari Kerajaan Singosari pada kisaran tahun 1200M. Lalu, pada masa Raja Hayam Wuruk, Raja Majapahit, pada kisaran tahun 1300M Candi ini diperbaiki dan terjadi penambahan bangunan lain disekitarnya.

Candi Jago

Candi Jago


Dari relief inilah lalu muncul sebuah "makalah" yang berjudul "The Aridharma Reliefs of Candi Jago" yang dipublikasikan pada tahun 2000. Makalah ini ditulis oleh Thomas M. Hunter, seorang ahli lingustik Jawa Kuno (Sansekerta), yang merupakan Dosen Fakultas Asian Studies di University of British Colombia.

Info lebih lanjut tentang beliau atau makalah "the Aridharma" itu,
bisa sobat browsing sendiri.
(dari pada sobat harus WA saya dan minta dikirimin makalahnya) 😅

Sebenarnya tulisan Thomas M. Hunter,. eh, maaf, bukan sebenarnya, saya pakai "Konon katanya" saja, biar aman. 
Konon katanya, tulisan Thomas ini mengambil sumber dari sebuah tulisan yang tidak diterbitkan. Tulisan itu bercerita tentang kisah Prabu Angling Dharma dan ditulis oleh Bapak Bambang Soetrisno, juru kunci Candi Jago kala itu.

Terhadap perbedaan pendapat, tentang nyata tidaknya tokoh Prabu Angling Dharma, sebagaimana tradisi keilmuan santri, yang selalu dikenalkan dengan berbagai pendapat dan diajarkan untuk menghargainya, maka saya mempersilakan kepada Sobat Santri semua, untuk memilih percaya pada pendapat yang mana.

Saya?
Kalau saya, melihat banyaknya petilasan beliau dan beberapa sumber temuan, seperti relief di Candi Jago serta beberapa temuan lain yang belum tercantum di sini, saya pribadi memilih percaya kalo Prabu Angling Dharma adalah tokoh nyata.

Terlebih lagi, saya terlahir di PATI,
dan kata Pati redaksinya agak mirip-mirip kan dengan kata "MaluwaPATI"?
#mekso 😅

Ini boleh dikatakan ego kesukuan ya Bat, jadi silakan sobat mendayagunakan akal fikiran untuk memilah dan memilih pendapat mana yang harus sobat ikuti.

Besuk, lain waktu, kita lanjut lagi untuk membahas tentang PATI, apakah emang diambil dari kata MaluwoPATI, sebuah kerajaan yang eksis di wilayah tersebut saat itu, atau?
PATI diambil dari redaksi lain yang berbeda?

Temukan pembahasannya, eh, corat - coretnya di artikel berikutnya.
Semoga artikel - artikel yang ada, cukup menghibur nalar Sobat semua dan menjadi pemantik untuk lahirnya sejarawan baru dari para pemuda. ✊☺
Paling tidak ya, agar ga' "Kepaten Obor"


Terima Kasih, sudah membaca Sampai Akhir, 
silakan dikomen aja jika ada yang kurang berkenan, Salam.

----- Irvan Sejati ------

*Disadur dari berbagai sumber





SITUS MLAWATAN

Penemuan Benda - Benda Kuno
Wotanngare, Kalitidu, Bojonegoro





Sekilas tentang Makalah "The Aridharma Relief of Candi Jago"relief candi jago, sejarang angling dharma, thomas m hunter, university of british colombia


relief candi jago, sejarang angling dharma, thomas m hunter, university of british colombia



Post a Comment

Jasa Desain Website Proffessional